

Medan | SuaraPrananta.com – Dua dekade telah berlalu sejak bencana tsunami Aceh yang mengguncang dunia pada 26 Desember 2004. Tragedi ini, yang dipicu oleh gempa berkekuatan 9,1-9,3 SR, menelan lebih dari 230.000 korban jiwa di Aceh dan negara-negara sekitar Samudra Hindia, serta meninggalkan luka mendalam di hati umat manusia.
Afrizal, Pimpinan Redaksi Poindone News, menegaskan bahwa peristiwa ini bukan hanya duka Aceh, tetapi juga duka dunia. “Duka Aceh adalah duka dunia, namun kebangkitan Aceh juga adalah kebangkitan dunia,” ujarnya.
Tsunami Aceh mengajarkan pentingnya solidaritas global. Bantuan kemanusiaan dari berbagai negara, mulai dari Afrika, Eropa, hingga Amerika Serikat, mengalir untuk membantu proses evakuasi, rekonstruksi, dan rehabilitasi. Media, termasuk Poindone News, turut memainkan peran vital dalam menggugah empati dunia terhadap tragedi tersebut.
Dua dekade setelah bencana, Aceh telah bangkit. Infrastruktur yang hancur telah dibangun kembali, ekonomi mulai pulih, dan masyarakat Aceh menunjukkan ketangguhan luar biasa meski harus menghadapi trauma mendalam.
“Peringatan 20 tahun tsunami Aceh adalah pengingat untuk terus menjaga solidaritas dan kemanusiaan, agar tragedi seperti ini tidak terulang di masa depan,” ungkap Afrizal.
Mengenang bencana ini bukan hanya soal duka, tetapi juga merayakan semangat bangkit dari kehancuran dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
(Dodi. R)