Medan | SuaraPrananta.com — Di sudut Pasar IV Desa Manunggal, Labuhan Deli, berdiri sebuah toko sederhana yang menjadi saksi perjalanan panjang seorang perantau meraih mimpi: Toko Idola Fashion. Di balik etalase pakaian yang rapi, tersimpan kisah perjuangan, ketekunan, dan keberanian yang menginspirasi: kisah H. Anas Tanjung, pelaku UMKM tangguh yang telah menapaki jalan wirausaha sejak belia.
Lahir di Padang, 2 Februari 1969, Anas adalah potret anak rantau yang memilih menantang arus. Di usia 16 tahun, ia merantau ke Medan — bukan untuk mencari pekerjaan, tapi untuk menciptakannya.
“Saya percaya, kemandirian itu datang dari usaha sendiri. Sekecil apapun, asal jujur dan tekun, pasti ada jalannya,” ujar Anas mengenang awal langkahnya.
Dari Pulo Brayan ke Pasar IV: Merintis dari Nol
Tahun 1989 menjadi tonggak awal ketika Anas membuka lapak pakaian kecil di kawasan Pulo Brayan. Semua ia kerjakan sendiri: belanja barang, menata rak, melayani pelanggan, bahkan menyapu kios. Namun di tahun yang sama, ia melihat potensi pasar yang lebih menjanjikan di Pasar IV Desa Manunggal. Ia pun memindahkan usahanya ke sana — langkah berani yang ternyata menjadi titik balik kesuksesannya.
“Awalnya buka di Pulo Brayan, tapi sejak 1989 pindah ke Pasar IV. Alhamdulillah, dari situ usaha terus berkembang sampai sekarang,” ujarnya kepada JatanrasNews.com, Jumat (25/7/2025).
Bertahan dalam Gempuran Zaman
Toko Idola Fashion bukan sekadar bisnis. Ia adalah simbol ketahanan UMKM lokal yang mampu bertahan menghadapi berbagai tantangan — dari krisis moneter 1998, serbuan pusat perbelanjaan modern, hingga pandemi COVID-19.
Di tengah derasnya arus digitalisasi, H. Anas tetap memilih jalur interaksi langsung, membangun kepercayaan pelanggan dari hati ke hati. Ia menjadikan tokonya bukan hanya tempat belanja, tapi juga ruang silaturahmi yang hangat.
“Pelanggan saya banyak yang datang sejak masih muda. Sekarang anak-anak mereka yang belanja ke sini. Itu yang saya syukuri,” ucapnya dengan mata berbinar.
Inspirasi bagi UMKM Se-Indonesia
Bagi Anas, berwirausaha bukan semata mengejar untung, melainkan jalan hidup yang penuh makna. Ia sering menjadi rujukan dan motivator bagi pelaku UMKM di sekitarnya. Pesannya sederhana, tapi menyentuh:
“Jangan pernah menyerah. Hari ini sepi, besok tetap buka. Kita nggak tahu dari mana rezeki datang.”
Kini, di usia 56 tahun, ia masih setia membuka toko setiap pagi, menyambut pelanggan dengan senyum tulus — semangat yang tak pernah pudar, seolah baru kemarin ia menata lapak pertamanya.
Menjahit Harapan, Membangun Masa Depan
Kisah H. Anas Tanjung bukan sekadar tentang jual beli pakaian. Ini adalah kisah tentang keberanian bermimpi, kesetiaan pada proses, dan ketulusan dalam melayani. Dari toko sederhana di Pasar IV, ia membuktikan bahwa mimpi besar bisa dijahit dengan benang kerja keras, pola kejujuran, dan sulaman harapan.
Ia bukan hanya pedagang, tapi penjahit inspirasi — bagi UMKM, bagi Medan, dan bagi Indonesia.