Medan | SuaraPrananta.com – Aksi unjuk rasa seratusan mahasiswa di depan gedung DPRD Sumut Jalan Imam Bonjol Medan, Selasa siang 26 Agustus, yang memprotes tunjangan anggota DPR RI, berakhir ricuh setelah diduga mendapat tindakan represif dari aparat kepolisian.
Kecaman keras terhadap insiden itu disampaikan pengurus Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam Sumatera Utara Ridho Ansyah. Menurutnya, aksi mahasiswa dari sejumlah universitas yang awalnya berlangsung damai berubah ricuh akibat tindakan aparat. Ia menyebut rekaman video dan foto yang beredar luas di media sosial menjadi bukti adanya dugaan tindakan represif terhadap mahasiswa dalam aksi demonstrasi bertajuk Indonesia Cemas.
Dalam aksinya, mahasiswa menuntut penghapusan tunjangan mewah DPR serta menuntut agar gaji anggota dewan ditetapkan secara proporsional dengan upah minimum kabupaten atau provinsi. Mahasiswa ingin agar wakil rakyat turut merasakan denyut kehidupan buruh dan pekerja yang serba kekurangan.
Ridho menegaskan aksi tersebut merupakan bentuk penyampaian keresahan rakyat terhadap kondisi politik, sosial, dan demokrasi yang kian memburuk. Namun, ia menyesalkan berakhirnya aksi dengan intimidasi aparat kepolisian. “Mahasiswa adalah kaum intelektual dan terpelajar, seharusnya dilindungi, bukan diperlakukan seperti hewan,” ujarnya tegas.
HMI Sumut mendesak Kapolda Sumut Irjen Pol Whisnu Hermawan Februanto, S.I.K., M.H untuk menindak tegas oknum polisi yang telah mencederai nama baik institusi Polri. Ridho juga meminta aparat untuk tidak mengeluarkan pernyataan provokatif seolah-olah mahasiswa pengganggu ketertiban. “Mereka turun ke jalan karena ada yang tidak beres di negara Republik Indonesia,” katanya.
Selain itu, HMI mengingatkan aparat agar tidak menghalangi mahasiswa yang memperjuangkan hak rakyat. Ia meminta Kapolda Sumut lebih fokus menangkap pengedar narkoba yang justru merusak generasi muda dan merajalela di Sumatera Utara.
🟥 Dodi Rikardo | SuaraPrananta.com
🗣️ Berani Mengungkap
