


Pandan | SuaraPrananta.com – Sikap kecewa dan heran disampaikan oleh Ikbal, salah satu guru di SDIT Bunayya Sibuluan, setelah secara mendadak menerima pemberitahuan pemutusan kerja hanya melalui pesan WhatsApp. Ia menilai cara tersebut tidak mencerminkan nilai-nilai yang selama ini dikampanyekan oleh sekolah, yaitu “Adab di atas Ilmu”.
Ikbal menjelaskan bahwa dirinya bergabung ke SD Bunayya melalui proses seleksi formal, termasuk wawancara dan ujian tertulis. Ia bahkan turut hadir dalam kegiatan pra-raker (pra-rapat kerja) dan raker (rapat kerja) guru-guru, serta telah diberikan amanah sebagai guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) saat pembagian tugas tahunan. Namun hanya dalam hitungan hari setelahnya, ia malah menerima kabar pemecatan secara sepihak melalui pesan singkat.
“Yang herannya, saya ikut pra raker, ikut raker, bahkan sudah diamanahkan jadi guru PJOK. Tapi selang beberapa hari, saya justru menerima pesan WhatsApp yang menyatakan saya diberhentikan,” ungkap Ikbal penuh kecewa.
Lebih dari sekadar metode pemberhentian yang dinilainya tidak manusiawi, Ikbal juga menyoroti tidak adanya transparansi dalam alasan pemecatan. Ia mengaku tidak diberi tahu kesalahannya, bahkan hasil rapat evaluasi yang menjadi dasar keputusan itu pun tidak pernah dibuka kepadanya.
“Kalau saya memang harus diberhentikan, saya bisa menerimanya. Tapi tolong sampaikan apa kesalahan saya, agar saya bisa memperbaiki diri. Jangan disembunyikan hasil evaluasinya,” tegasnya.
Sebagai guru yang terinspirasi oleh prinsip “adab di atas ilmu”, Ikbal merasa bahwa keputusan dan cara penyampaiannya telah mencederai nilai-nilai dasar yang seharusnya menjadi ruh lembaga pendidikan.
“Saya masuk ke Bunayya karena percaya pada semangat adab yang mereka usung. Tapi kenyataannya, justru saya diperlakukan tanpa adab, bahkan sebelum sempat menunjukkan kontribusi maksimal,” tambahnya.
(A.H)