

Deli Serdang | SuaraPrananta.com – Sebuah gagasan inovatif dalam pelestarian budaya yang berpadu dengan konservasi lingkungan berhasil diwujudkan melalui Kemah Zapin VI di Pantai Muara Indah, Desa Denai Kuala, Kabupaten Deli Serdang, pada 3 hingga 5 Oktober 2025.

Dengan mengusung tema “Merajut Zapin di Bumi Serdang”, kegiatan yang digagas oleh Sanggar Hang Tuah dan Kesultanan Serdang ini mendapat dukungan strategis dari Pengurus Besar Ikatan Sarjana Melayu Indonesia (PB ISMI). Sinergi ini menegaskan bahwa kebudayaan bukan sekadar warisan, tetapi instrumen vital dalam pembentukan karakter bangsa dan pelestarian ekologi pesisir.

Keterlibatan PB ISMI tidak berhenti pada seremoni belaka, melainkan diwujudkan melalui pendekatan ilmiah dan aksi nyata—mulai dari dokumentasi budaya Zapin hingga penanaman mangrove sebagai bentuk konservasi alam. Pendekatan ganda ini menunjukkan kesungguhan akademisi Melayu dalam memandang kebudayaan secara holistik: menyatu antara manusia, seni, dan lingkungan.
Ketua Umum PB ISMI, Nizhamul, SE., MM., menegaskan bahwa penyelenggaraan Kemah Zapin ini adalah wujud nyata dari semangat generasi muda Melayu yang harus dijaga keberlanjutannya. Ia menilai kegiatan tersebut sejalan dengan mandat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
“Seperti Tari Zapin, kebudayaan tradisional adalah aset strategis nasional yang membutuhkan peran aktif dari komunitas ilmiah,” ujarnya dalam sambutan yang diterima redaksi pada Selasa, 7 Oktober 2025.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PB ISMI, Prof. Dr. Yanhar Jamluddin, MAP., menyoroti dimensi ekologis yang menjadi bagian penting dari kegiatan ini.
“Dalam Kemah Zapin ini, kami tidak hanya mengajarkan pelestarian seni Zapin Melayu, tetapi juga menanamkan kepedulian terhadap kelestarian alam pesisir yang kini memerlukan perhatian serius dari seluruh lapisan masyarakat,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa identitas budaya Melayu yang berpijak pada kearifan maritim tak bisa dipisahkan dari kesehatan ekosistem laut dan pesisir.
Filosofi kebudayaan sebagai pembentuk karakter bangsa turut digarisbawahi oleh Tuanku Achmad Thala’a Syariful Alamsyah, Sultan Serdang IX, dalam sambutan pembukaannya.
“Kesenian membawa manusia pada keindahan jiwa dan menjadi sarana edukasi yang sangat baik dalam membentuk karakter anak bangsa agar mampu melindungi diri dari pengaruh negatif budaya luar,” tuturnya.
Dalam perspektif itu, kesenian menjadi benteng sosial dan psikologis yang diwariskan secara turun-temurun.
Peran aktif para sarjana ISMI juga tampak nyata dalam berbagai sesi pelatihan. Tengku Ryo Rizqan, B.Mus.Ed., selaku seniman Kesultanan Serdang sekaligus Sekretaris Bidang Seni Budaya PB ISMI, memberikan pelatihan mendalam tentang musik Zapin Bentara Serdang.
Kegiatan ini diperkaya dengan pelatihan tari Zapin dan tata busana Melayu, memastikan transfer pengetahuan otentik dari praktisi dan akademisi kepada generasi muda.
Menutup rangkaian kegiatan, Ketua Dewan Pakar PB ISMI, Prof. Dr. Djohar Arifin Husein, Ph.D., menyampaikan bahwa kegiatan kolaboratif seperti ini merupakan langkah strategis dalam membangun karakter dan identitas kebangsaan.
“Model integrasi pelestarian seni dan lingkungan yang diinisiasi ISMI ini diharapkan menjadi kekuatan bagi ketahanan budaya nasional Indonesia,” ujarnya.
Ia menegaskan, kearifan lokal adalah modal utama bagi ketahanan bangsa di tengah arus globalisasi.
🟥 Dodi Rikardo | SuaraPrananta.com
🗣️ Berani Mengungkap