

Lubuk Pakam | SuaraPrananta.com — Suasana duka mendalam menyelimuti warga Lubuk Pakam. Seorang mahasiswa muda yang dikenal pendiam dan tertutup ditemukan mengakhiri hidupnya secara tragis di kamar kos yang selama ini menjadi tempat ia menuntut ilmu dan bermimpi.
Korban diketahui bernama Zhacky Chaidir Rangga, mahasiswa jurusan Farmasi di Institut Kesehatan Medistra. Ia ditemukan dalam kondisi tak bernyawa, tergantung dengan tali timba di depan kamar mandi kosnya, Selasa malam, 22 Juli 2025.
Peristiwa memilukan ini terjadi di kamar nomor 3, Mumtazt Kost, Kelurahan Lubuk Pakam Pekan, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang. Teman-temannya, Abdi Mandala Putra Nasution dan Rifki Farhan, menjadi saksi pertama yang menemukan jasad Zhacky setelah mereka datang karena curiga—keluarga korban telah berulang kali mencoba menghubungi tanpa mendapat jawaban.
Saat pintu kamar dibuka, pemandangan menyayat hati langsung menyambut keduanya. Di sana, Zhacky telah pergi dalam diam. Tubuhnya tergantung di sisi kamar mandi, tali hijau army masih melilit di kusen. Tidak ada suara, hanya keheningan yang menggantung berat di udara.
Zhacky terakhir terlihat di kampus pada Kamis, 17 Juli 2025. Sejak saat itu, ia menghilang dari pergaulan. Tidak ada yang menyangka, di balik sikap diamnya selama ini, ia menyimpan kesedihan yang tak tertahankan.
Kapolsek Lubuk Pakam AKP Rusdi SH MM bersama Kanit Reskrim IPDA Tabi’ul Hidayat SH MH serta Tim Inafis dari Polresta Deli Serdang langsung turun ke lokasi kejadian. Jenazah dievakuasi pukul 21.20 WIB dan dibawa ke RS Bhayangkara Medan untuk proses autopsi.
Polisi mengamankan sejumlah barang bukti, termasuk laptop, ponsel, pakaian korban, tali timba, dan yang paling menyayat hati—secarik surat wasiat yang ditulis tangan oleh Zhacky, ditujukan untuk kedua orang tuanya.
Isi surat tersebut membuat siapa pun yang membacanya tak mampu menahan air mata. Dalam kata-kata sederhana namun penuh cinta dan kesedihan, Zhacky menyampaikan permintaan maaf, harapan, dan rasa sayangnya yang mendalam kepada ayah, ibu, dan adik-adiknya.
Beginilah isi surat itu:
Make ayah maafin mas ya
Mas ngelakuin ini karena mas kepikiran dan ada yang ngehantui pikiran mas
Ayah sama mamak sehat sehat ya
Buat adek adek mas jaga mamak sama ayah ya
Jangan ngelawan ngelawan sama mamak sama ayah
Ayah sama mamak juga jangan sering sering berantem ya mamak yah
Saling sayang lah pokoknya ya yah make
Love you semuanya
Jangan pernah bikin mamak nangis ya yah
Karena mas sayang sama mamak
Buat mamak maafin mas ya mamak
Mamak jangan cape cape kerjanya jaga kesehatannya ya make
Surat ini dibacakan langsung di hadapan keluarga oleh petugas. Tangis pun pecah. Tidak ada yang menyangka, di balik sikap diam dan ketenangan Zhacky, ternyata ada badai besar yang tak mampu ia hadapi seorang diri.
Pemilik kos, Nani Fitriana, mengatakan bahwa Zhacky adalah anak yang sangat tertutup. Ia jarang bergaul dengan penghuni lainnya dan tak pernah menunjukkan tanda-tanda mencurigakan.
Polisi masih mendalami kasus ini untuk memastikan tidak ada unsur lain di balik tragedi tersebut. Namun, keberadaan surat wasiat menguatkan dugaan bahwa Zhacky telah merencanakan kepergiannya.
Kepergian Zhacky menyisakan luka mendalam, bukan hanya bagi keluarga dan teman-temannya, tapi juga bagi dunia pendidikan dan siapa pun yang mendengar kisah ini. Ia adalah anak muda yang sedang berjuang menggapai masa depan, namun tenggelam dalam kesunyian yang tak pernah terungkap.
Peristiwa ini menjadi pengingat penting: bahwa kesehatan mental adalah hal serius. Di balik senyuman yang terlihat, bisa saja tersembunyi luka yang dalam. Dengarkan mereka yang diam. Terkadang, yang dibutuhkan hanya satu orang yang bersedia hadir dan mendengar.
(Gondrong | SuaraPrananta.com)